Sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani, vetere, yang berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi gerakan atau perasaan seseorang bahwa tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. Rasa itu bisa dalam bentuk berputar, bergoyang, atau melayang.
Keluhan vertigo menduduki peringkat ketiga dalam praktik dokter umum. Bahkan, pada orang berusia sekitar 75 tahun, keluhan vertigo bisa mencapai 50 persen. Menurut anggota staf Subdivisi Neuro-otologi dan Neuro-oftalmologi Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Eva Dewati SpS, vertigo bukan suatu penyakit, melainkan gejala penyakit yang penyebabnya sangat bervariasi.
Eva menjelaskan, fungsi keseimbangan tubuh terdiri dari tiga sistem, yaitu sistem vestibular, sistem visual, dan sistem somatosensorik atau proprioseptik. Vertigo muncul jika ada gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga sistem keseimbangan itu.
Jenis vertigo
Menurut situs Neurologychannel, sistem vestibular bertanggung jawab untuk mengintegrasikan rangsangan terhadap indera dengan pergerakan tubuh serta menjaga agar suatu obyek berada dalam fokus penglihatan saat tubuh bergerak.
Saat kepala bergerak, informasi disampaikan ke labirin, suatu organ di telinga bagian dalam berupa tiga saluran berbentuk setengah lingkaran yang dikelilingi cairan.
Labirin lantas menyalurkan informasi gerakan ke saraf vestibular atau nervus VIII yang kemudian membawa informasi ke batang otak, dilanjutkan sampai ke serebelum (bagian otak yang mengontrol koordinasi, keseimbangan, pergerakan, tekanan darah, dan kesadaran).
Jika ada gangguan pada sistem ini, yang lazim disebut vertigo vestibular, dunia akan terasa seperti berputar. Serangan vertigo jenis ini umumnya terjadi secara mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa mual/muntah, kadang-kadang ada denging di telinga. Pencetus serangan ini adalah gerakan kepala.
Eva merinci, vertigo vestibular dibedakan menjadi tipe sentral, gangguan terjadi pada batang otak sampai otak besar. Yang kedua adalah tipe perifer, gangguan terletak pada batang otak sampai labirin di telinga bagian dalam.
Penyebab vertigo vestibular antara lain trauma kepala, infeksi otak, tumor, infeksi sekitar sinus atau lainnya (flu, pilek, diare), remote efek (reaksi terhadap infeksi yang menyebabkan vertigo).
Situs Neurologychannel menyebutkan, gejala vertigo vestibular perifer adalah pandangan kabur, letih, lesu, sakit kepala, detak jantung cepat, kehilangan keseimbangan, kehilangan konsentrasi, nyeri otot terutama di leher dan punggung, mual, muntah, kemampuan kognitif menurun, serta sensitif terhadap cahaya dan bunyi.
Adapun gejala vertigo vestibular sentral antara lain diplopia (pandangan ganda), sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, koordinasi tubuh menurun, mual dan muntah, serta lemas.
Pada vertigo nonvestibular, ujar Eva, sensasi yang dirasakan penderita adalah melayang, bergoyang, atau sempoyongan. Serangan biasanya terjadi terus-menerus, tetapi tidak ada mual maupun muntah. Vertigo akibat gangguan sistem visual biasanya dicetuskan oleh situasi yang ramai, banyak orang atau benda lalu lalang.
Pada gangguan sistem somatosensorik/proprioseptik atau gangguan pada saraf sumsum tulang belakang, misalnya gangguan pada saraf tepi berupa kaki baal atau pundak kaku, impuls gerakan terlambat diterima otak besar. Akibatnya, keseimbangan penderita terganggu dan termanifestasi sebagai vertigo. Gangguan baal biasanya dialami penderita diabetes. Adapun leher kaku (cervical tension) umumnya dialami mereka yang bekerja di belakang meja.
Akibat flu
Salah seorang penderita, Atus (31), mengalami vertigo secara mendadak saat bersiap melakukan pekerjaan sebagai perawat di sebuah rumah sakit. Mula-mula ia berkeringat dingin, pusing, dan merasa seperti hendak pingsan. “Saya merasa melayang dan sekeliling seperti bergoyang-goyang,” tuturnya.
Hal itu terjadi setelah tiga hari sebelumnya Atus menderita influenza. Namun, hari itu ia merasa kesehatannya mulai pulih dan batuk pileknya berkurang. Semula Atus bertahan untuk melakukan tugasnya. Sejam kemudian kepalanya terasa makin berat sehingga ia minta izin kepada kepala ruangan untuk istirahat berbaring.
“Tiap kali membuka mata, dunia serasa berputar. Selain itu, saya merasa mual dan kalau sudah muntah menjadi lebih lega. Saya berbaring selama empat jam sampai merasa mendingan,” cerita Atus.
Sebagai perawat yang bertugas di ruang rawat inap, Atus sering melihat dan membantu pasien yang mengalami vertigo dalam melakukan latihan rehabilitasi. Karena itu, saat merasa lebih baik, Atus mencoba melakukan latihan dengan duduk tegak kemudian merebahkan badan ke kiri dan ke kanan yang disebut metode Brandt-Daroff. Juga melakukan latihan visual-vestibular berupa latihan mata serta gerakan kepala.
“Menurut dokter, saya menderita neuritis vestibularis (peradangan pada sel saraf vestibular, salah satunya akibat infeksi virus). Selain minum obat yang diresepkan, saya rajin latihan sehingga pulih dalam waktu sekitar seminggu,” kata Atus.
Terapi
Menurut Eva, vertigo yang diderita Atus relatif ringan, yaitu jenis vertigo vestibular perifer akibat flu. Vertigo ini bisa sembuh sendiri. Namun, ada vertigo yang penyebabnya cukup serius, misalnya stroke, trauma pada kepala akibat kecelakaan, tumor, maupun kerusakan pada serabut saraf. Biasanya ini jenis vertigo vestibular sentral.
Terapi untuk vertigo dilakukan terhadap penyebab, juga untuk mengatasi gejala serta terapi rehabilitatif. “Vertigo harus diperiksa secara teliti untuk mengetahui penyebabnya. Jika hanya diberi obat untuk menekan gejala tanpa diobati penyebabnya, vertigo akan makin parah,” papar Eva.
Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta tanya jawab mengenai kapan vertigo mulai dirasakan dan hal-hal yang terjadi atau dialami pasien sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan neurologis pada fungsi vestibular, saraf otak serta fungsi motorik dan sensorik.
Terapi pemulihan bertujuan untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan pembiasaan pada pasien dengan gangguan vestibular.
Latihan itu adalah metode Brandt-Daroff, berupa latihan membaringkan tubuh ke kiri dan ke kanan, diselingi duduk tegak dengan kaki tergantung. Latihan lain adalah latihan visual vestibular yang dibedakan bagi penderita yang masih harus berbaring, bisa duduk, atau sudah mampu berdiri.
Latihan antara lain berupa gerakan mata ke pelbagai arah secara runtut dan teratur serta gerakan kepala ke kiri dan kanan. Kemudian ada latihan berjalan bagi penderita yang sudah mampu bebas bergerak untuk menjaga keseimbangan.
Dengan latihan dan obat yang tepat terhadap penyebabnya, vertigo bisa diatasi sehingga kualitas hidup penderita bisa pulih. Kalaupun dunia tetap berputar, penderita tak lagi merasa ikut berputar.
0 komentar:
Post a Comment